MODEL PEMBELAJARAN DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Anda tertarik dengan topik ini : model pembelajaran kurikulum 2013, model pembelajaran pdf, model-model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran terbaru, makalah model-model pembelajaran, macam-macam model pembelajaran, model pembelajaran matematika, contoh metode pembelajaran?

Cobalah membaca artikel panjang berikut:

MODEL PEMBELAJARAN DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

  1. MODEL PEMBELAJARAN

Pengertiian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar.

 

Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan

pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang

tepat bagi siswanya. Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk

(2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan

sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan

kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk

(2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga

meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya

yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.

 

 

 

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62)

pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain

intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan 10 sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar

yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang

dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

 

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan menurut Joyce & Weil

(1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktifitas belajar mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi

pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan

melaksanakan proses belajar mengajar.

 

Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran merupakan sebagai

pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan

dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik.

Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai

tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru.

Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai

perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan

pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu,

guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan

mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam

dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode,

atau prosedur.

 

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh

strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran

merupakan:

  1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk

akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan

mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara

fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.

 

  1. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan

yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan

bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah

pembelajaran.

 

  1. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku

mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar

selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.

 

  1. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif

serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek

penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.

 

Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan

dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran

yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial

kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan

informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping

itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai

meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman

bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).

 

Beberapa Model Pembelajaran

Berikut ini contoh model Pembelajaran

  1. Examples Non Examples
  2. a)   Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
  3. b)   Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
  4. c)   Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik

untuk memperhatikan/menganalisa gambar

  1. d)   Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi

dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas

  1. e)   Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
  2. f)   Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai

menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai

  1. g)   Kesimpulan

 

  1. Picture And Picture
  2. a)         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  3. b)         Menyajikan materi sebagai pengantar
  4. c)         Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

berkaitan dengan materi

  1. d)         Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian

memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

  1. e)         Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
  2. f)         Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan

konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

  1. g)         Kesimpulan/rangkuman
  2. Numbered Heads Together
  3. a)       Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam

setiap kelompok mendapat nomor

  1. b)       Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
  2. c)       Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya

  1. d)       Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka

  1. e)       Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor

yang lain

  1. f)         Kesimpulan

 

  1. Cooperative Script
  2. a)     Guru membagi peserta didik untuk berpasangan
  3. b)     Guru membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca

dan membuat ringkasan

  1. c)     Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan

sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar

  1. d)     Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :

  1. e)     Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
  2. f)       Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan

materi sebelumnya atau dengan materi lainnya

  1. g)     Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.

  1. h)     Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan Guru
  2. i)       Penutup

 

  1. Kepala Bernomor Struktur
  2. a)     Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam

setiap kelompok mendapat nomor

  1. b)     Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan

nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : peserta didik nomor satu

bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan soal dan

peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

  1. c)     Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.

Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama

beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam

kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang sama bisa saling membantu

atau mencocokkan hasil kerja sama mereka

  1. d)     Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
  2. e)     Kesimpulan

 

  1. Student Teams-Achievement Divisions
  2. a)     Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

  1. b)     Guru menyajikan pelajaran
  2. c)     Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat

menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu

mengerti.

  1. d)     Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada

saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

  1. e)     Memberi evaluasi
  2. f)       Kesimpulan

 

  1. Jigsaw
  2. a)     Peserta didik dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
  3. b)     Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
  4. c)     Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
  5. d)     Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub

bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan sub bab mereka

  1. e)     Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub

bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan

sungguh- sungguh

  1. f)     Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
  2. g)     Guru memberi evaluasi
  3. h)     Penutup

 

  1. Problem Based Introduction
  2. a)     Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan

sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik

untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

  1. b)     Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan

topik, tugas, jadwal, dll.)

  1. c)     Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang

sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

  1. d)     Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan

temannya

  1. e)     Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

 

  1. Artikulasi
  2. a)       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  3. b)       Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
  4. c)       Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok

berpasangan dua orang

  1. d)       Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu

menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya

mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.

Begitu juga kelompok lainnya

  1. e)       Menugaskan peserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan

hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta

didik sudah menyampaikan hasil wawancaranya

  1. f)         Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya

belum dipahami peserta didik

  1. g)       Kesimpulan/penutup

 

  1. Mind Mapping
  2. a)         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  3. b)         Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi

olehcpeserta didik dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif

jawaban 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

  1. c)         Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban

hasilcdiskusi

  1. d)         Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil

diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai

kebutuhan guru

  1. e)         Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat

kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

 

  1. Make – A Match
  2. a)         Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep

atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu

soal dan bagian lainnya kartu jawaban

  1. b)         Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu
  2. c)         Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang

dipegang

  1. d)         Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu

yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)

  1. e)         Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum

batas waktu diberi poin

  1. f)         Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta

didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya

  1. g)         Demikian seterusnya
  2. h)         Kesimpulan/penutup

 

  1. Thik Pair And Share
  2. a)         Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
  3. b)         Peserta didik diminta untuk berfikir tentang

materi/permasalahan yang disampaikan guru

  1. c)         Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya

(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

  1. d)         Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan

hasil diskusinya

  1. e)         Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan

pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para

peserta didik

  1. f)         Guru memberi kesimpulan
  2. g)         Penutup

 

  1. Debate
  2. a)         Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang

lainnya kontra

  1. b)         Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan

didebatkan oleh kedua kelompok diatas

  1. c)         Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu

anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh

kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik

bisa mengemukakan pendapatnya.

  1. d)         Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis

inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide

diharapkan.

  1. e)         Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
  2. f)         Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak

peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang

ingin dicapai.

 

  1. Role Playing
  2. a)         Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
  3. b)         Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario

dalam waktu beberapa hari sebelum KBM

  1. c)         Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang
  2. d)         Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
  3. e)         Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk

melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan

  1. f)         Masing-masing peserta didik berada di kelompoknya sambil

mengamati skenario yang sedang diperagakan

  1. g)         Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik

diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.

  1. h)        Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
  2. i)           Guru memberikan kesimpulan secara umum
  3. j)           Evaluasi
  4. k)         Penutup

 

  1. Group Investigation
  2. a)         Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
  3. b)         Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
  4. c)         Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat

tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain

  1. d)         Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara

kooperatif yang bersifat penemuan

  1. e)         Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan

hasil pembahasan kelompok

  1. f)         Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
  2. g)         Evaluasi
  3. h)         Penutup

 

  1. Talking Stick
  2. a)         Guru menyiapkan sebuah tongkat
  3. b)         Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari

materi.

  1. c)         Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan

mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya.

  1. d)         Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang

tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian

besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan

dari guru

  1. e)         Guru memberikan kesimpulan
  2. f)         Evaluasi
  3. g)         Penutup

 

  1. Bertukar Pasangan
  2. a)         Setiap peserta didik mendapat satu pasangan (guru bisa

menunjuk pasangannya atau peserta didik memilih sendiri pasangannya).

  1. b)         Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas

dengan pasangannya.

  1. c)         Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu

pasangan yang lain.

  1. d)         Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan

yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.

  1. e)         Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian

dibagikan kepada pasangan semula.

  1. Snowball Throwing
  2. a)         Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  3. b)         Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

  1. c)         Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya

masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru

kepada temannya

  1. d)         Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar

kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut

materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

  1. e)         Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat

seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang

lain selama ± 15 menit

  1. f)         Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan

diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang

tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian

  1. g)         Evaluasi
  2. h)         Penutup

 

  1. Student Facilitator And Explaining:
  2. a)         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  3. b)         Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  4. c)         Memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada

peserta didik lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.

  1. d)         Guru menyimpulkan ide/pendapat dari peserta didik.
  2. e)         Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
  3. f)         Penutup

 

  1. Course Review Horay
  2. a)         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  3. b)         Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  4. c)         Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab
  5. d)         Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak

9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan

selera masing-masing peserta didik

  1. e)         Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis

jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung

didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salan diisi tanda

silang (x)

  1. f)          Peserta didik yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau

horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya

  1. g)         Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay

yang diperoleh

  1. h)         Penutup
  2. Demontsration
  3. a)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  4. b)   Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
  5. c)   Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
  6. d)   Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai

skenario yang telah disiapkan.

  1. e)   Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
  2. f)     Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisanya dan juga

pengalaman peserta didik didemontrasikan.

  1. g)   Gurumembuatkesimpulan.

 

  1. Explicit Instruction
  2. a)   Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
  3. b)   Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
  4. c)   Membimbing pelatihan
  5. d)   Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
  6. e)   Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

 

  1. Cooperative Integrated Reading And Composition Kooperatif Terpadu
  2. a)         Membaca Dan Menulis
  3. b)         Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
  4. c)         Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
  5. d)        Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan

ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada

lembar kertas

  1. e)         Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
  2. f)         Guru membuat kesimpulan bersama
  3. g)        Penutup

 

  1. Inside-Outside-Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar)
  2. a)   Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
  3. b)   Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran

pertama, menghadap ke dalam

  1. c)   Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar

berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua

pasangan dalam waktu yang bersamaan

  1. d)   Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di tempat,

sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu

atau dua langkah searah jarum jam.

  1. e)   Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran besar yang

membagi informasi. Demikian seterusnya

 

  1. Tebak Kata
  2. a)   Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata

lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.

  1. b)   Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang

mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi

ataudiselipkan ditelinga

  1. c)   Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
  2. d)   Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan didepan kelas
  3. e)   Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang

nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya

diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca

(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.

  1. f)     Sementara peserta didik membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-

kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang

dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi

kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.

  1. g)   Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka

pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah

ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung

memberi jawabannya.

  1. h)   Dan seterusnya

 

  1. Word Square
  2. a)   Buat kotak sesuai keperluan * Buat soal sesuai TPK
  3. b)   Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
  4. c)   Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
  5. d)   Peserta didik menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak

sesuai jawaban

  1. e)   Berikan poin setiapjawaban dalam kotak

 

  1. Scramble
  2. a)   Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
  3. b)   Buat jawaban yang diacak hurufnya
  4. c)   Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
  5. d)   Membagikan lembar kerjasesuai contoh

 

  1. Take And Give
  2. a)       Buat kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi

sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK

  1. b)       Siapkan kelas sebagaimana mestinya
  2. c)       Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
  3. d)       Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap peserta didik diberi

masing- masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit

  1. e)       Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk

saling menginformasi. Tiap peserta didik harus mencatat nama pasangannya

pada kartu contoh.

  1. f)         Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi

dan menerima materi masing-masing (take and give).

  1. g)       Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan peserta didik

pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).

  1. h)       Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
  2. i)         Kesimpulan

 

  1. Concept Sentence
  2. a)         Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai
  3. b)         Guru menyajikan materi secukupnya
  4. c)        Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara

heterogen

  1. d)         Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
  2. e)         Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan

menggunakan minimal 4 kata kuncisetiap kalimat

 

  1. Complete Sentence
  2. a)         Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum

lengkap

  1. b)         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. c)         Guru menyampaikan materi secukupnya atau peserta didik

disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya

  1. d)         Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
  2. e)         Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya

belum lengkap (lihat contoh).

  1. f)        Peserta didik berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan

kunci jawaban yang tersedia.

  1. g)         Peserta didik berdiskusi secara berkelompok
  2. h)         Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki.

Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hapal

  1. i)           Kesimpulan

 

  1. Time Token Arends 1998
  2. a)         Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative

learning / CL)

  1. b)         Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30

detik. Tiap peserta didik diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.

  1. c)         Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang peserta didik

diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.

  1. d)         Peserta didik yangtelah habis kuponnya tak boleh

 

  1. Pair Check
  2. a)         Bekerja berpasangan, Guru membentuk tim berpasangan berjumlah

2 (dua) peserta didik. Setiap pasangan Mengerjakan soal yang pas sebab

semua itu akan membantu melatih

  1. b)         Pelatih mengecek. Apabila patner benar pelatih memberi kupon
  2. c)         Bertukar peran. Seluruhpatner bertukar peran dan mengurangi

langkah 1 – 3

  1. d)         Pasangan mengecek, Seluruh pasangan tim kembali bersama dan

membandingkanjawaban

  1. e)         Penegasan guru. Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep

 

  1. Keliling Kelompok
  2. a)         Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai

dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang

mereka kerjakan

  1. b)         Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
  2. c)        Demikian seterusnya giliran bicara bisa

 

  1. Tari Bambu
  2. a)   Separuh kelas atau seperempat jika jumlah peserta didik terlalu

banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di

depan kelas. Kemungkinan lain merupakan peserta didik berjajar di sela-sela

deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok

karena diperlukan waktu relatif singkat.

  1. b)   Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
  2. c)   Dua peserta didik yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi

sinformasi.

  1. d)   Kemudian satu atau dua peserta didik yang berdiri di ujung salah

satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian

bergeser. Dengan cara ini masing-masing peserta didik mendapat pasangan

yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan

kebutuhan

 

  1. Dua tinggal dua tamu (two stay two stray)
  2. a)         Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4

(empat) orang

  1. b)         Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu

kedua kelompok yang lain

  1. c)         Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi ke tamu mereka

  1. d)         Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

  1. e)         Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

 

 

 

 

 

 

  1. MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Pengertian Pengelolaan Pembelajaran

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar

mengajar yang diselenggarakan efektif dan berguna untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar

merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, dan guru

merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya

proses pembelajaran. Oleh karena itu pendidik dan khususnya Kepala

Sekolah dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, dalam

mengorgainasi atau mengelola pembelajaran dengan menciptakan lingkungan

belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan agar hasil belajar

peserta didik berada pada tingkat yang optimal.

 

Dalam kegiatan pembelajaran, seoran pendidik dapat memainkan berbagai

peran pengelola pembelajaran sebagai demonstrator, pengelola kelas,

mediator dan fasilitator/mentor dan sebagai evaluator. Sebagai tenaga

profesional, seorang pendidik dituntut mampu mengelola kelas yaitu

menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi

tercapainya tujuan pengajaran.

 

Pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk

mempertahankan ketertiban kelas, tetapi ngengertian pengelolaan

pembelajaran ini telah mengalamai perkembangan dan diartikan proses

seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat terhadap problem dan

situasi pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu

usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar

dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat

terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan (Arikunto,

1986: 143).

 

Fungsi pengelolaan pembelajaran sangat mendasar sekali karena kegiatan

pendidik dalam mengelola pembelajaran meliputi kegiatan mengelola

tingkah laku peserta didik dalam kelas, menciptakan iklim sosio

emosional dan mengelola proses kegiatan kelompok, sehingga keberhasilan

pendidik dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar

mengajar berlangsung secara efektif.

 

Menurut berbagai sumber belajar tujuan pengelolaan pembelajaran merupakan

sebagai berikut:

1)   Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan

belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

2)   Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya

interaksi belajar mengajar.

3)   Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang

mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan

lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.

4)   Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,

ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.

5)   Menciptakan suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana

disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi

pada peserta didik.

6)   Memfasilitasi setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib

sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien

 

Prinsip-Prinsip Pengelolaan pembelajaran

Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan pembelajaran dibagi

menjadi dua golongan yaitu, faktor internal dan faktor eksternal peserta

didik. Faktor internal peserta didik berhubungan dengan masalah emosi,

pikiran, dan perilaku. Kepribadian peserta didik denga ciri-ciri khasnya

masing-masing menyebabkan peserta didik berbeda dari peserta didik

lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari

segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.

 

Faktor eksternal peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan

belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah

peserta didik, dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik di kelas

akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta didik di

kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah

terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah peserta didik di

kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.

 

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan pembelajaran

dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.

 

Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Pendidik

yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada

tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan

pengelolaan pembelajaran.

 

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang

santun, arif, ramah dan menantang akan meningkatkan gairah peserta didik

untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku

yang menyimpang.

Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar pendidik, pola

interaksi antara pendidik dan anak didik akan mengurangi munculnya

gangguan, meningkatkan perhatian peserta didik. Kevariasian ini

merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan pembelajaran yang efektif

dan menghindari kejenuhan.

 

Keluwesan. Keluwesan tingkah laku pendidik untuk mengubah strategi

mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik

serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan

pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan peserta

didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

 

Penekanan pada hal-hal yang Positif. Pada dasarnya dalam mengajar dan

mendidik, pendidik harus menekankan pada hal-hal yang positif dan

menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan

pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan pendidik

terhadap tingkah laku peserta didik yang positif daripada mengomeli

tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan

pemberian penguatan yang positif dan kesadaran pendidik untuk

menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar

mengajar.

 

Penanaman Disiplin Diri. Tujuan akhir dari pengelolaan pembelajaran

merupakan anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan pendidik

sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan

tanggung jawab. Jadi, pendidik harus disiplin dalam segala hal bila

ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

 

<http://2.bp.blogspot.com/-WfGpYxArRnc/VOYIzsKBsOI/AAAAAAAABUI/44plXHllEXs/s1600/Model%2Bpengelolaan%2Bpembelajaran.png>

  1. MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Terdapat berbagai model pengelolaan pembelajaran atau pengelolaan kelas.

Model- pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan dilandasi dengan

argumentasi teoritis tertentu. Antara satu model dan model lainnya

terdapat beberapa perbedaan pendekatan, strategi, metode, taktik dan

sebagai, tetapi yang perlu diingat bahwa semua model pengelolaan

pembelajaran bertujuan sama yaitu menjadikan proses pembelajaran

berjalan secara efektif dan memdorong terjadinya proses belajar.

Beberapa model pengelolaan pembelajaran yang sering kita dengar seperti

pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, pembelajaran tematik,

pembelajaran terpadu, pembelajaran kontektual, pembelajaran bermakna dsb.

 

Fokus perhatian yang dijadikan landasan penyusunan dan pemilihan

model-model pembelajar sangat beraga, sebagai misal atas dasar kelompok

peserta didik sehingga dikenal pembelajaran klasikal dan pembelajaran

individual. Model pengelolaan pembelajaran lebih didasarkan pada tema

pembelajaran sehingga dalam tema tersebut peserta didik dapat kesempatan

belajar berbagai materi ajar yang terkait sehingga kita mengenal model

pmbelajaran tematik. Model pembelajaran yang menekankan pada pengaturan

waktu sehingga dikenal pembelajaran sistem blok. Terdapat juga model

pembelajaran yang lebih didasarkan pada bagaimana aktivitas peserta

didik belajar sehingga muncul model pembelajaran model PAKEM dengan

segala variasinya.

 

Beragam model pembelajaran yang telah dikembangkan selama ini

masing-masing memiliki persyaratan-persyaratan tertentu agar supaya

proses pembelajaran yang terjadi efektif, dan masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran

yang dipergunakan bergantung pertimbangan dan keputusan para pendidik.

 

Pendidik sebagai pengelola pembelajaran merupakan orang yang mempunyai

peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan

yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan

kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek peserta didik, orang

menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan

dengan berbagai kegiatan di kelas, dan pendidik pula yang akan

menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang

muncul; maka dengan tiga pendekatan-pendekatan yang dikemukakan, akan

sangat membantu pendidik dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

 

Pendidik dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu

merencanakan dan menentukan pengelolaan pembelajaran yang bagaimana yang

perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar peserta

didik serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut,

sarana prasarana yang tersedia, serta sosial budaya peserta didik.

Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan

muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

 

Pengelolaan pembelajaran akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila

pendidik memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan pendidik mengetahui

bahwa gaya kepemimpinan situasional akan sangat bermanfaat bagi pendidik

dalam melakukan tugas mengajarnya. Dengan demikian pengelolaan

pembelajaran tidak dapat terlepas dari motivasi kerja pendidik, karena

dengan motivasi kerja pendidik ini akan terlihat sejauhmana motif dan

motivasi pendidik untuk melakukan pengelolaan pembelajaran, sedangkan

dengan gaya kepemimpinan pendidik yang tepat yang digunakan dalam

pengelolaan pembelajaran akan mengoptimalkan dan memaksimalkan

keberhasilan pengelolaan pembelajaran tersebut.

 

Pengelolaan pembelajaran merupakan proses mengelola dan mengendalikan

lingkungan kelas. Untuk memastikan bahwa antara pendidik dan peserta

didik dapat saling berhubungan secara efektif dan produktif, tanpa

gangguan atau perilaku mengganggu, mereka menggunakan teknik tertentu.

Indikator manajemen pembelajaran digunakan untuk mengukur keberhasilan

guru dalam mengelola pembelajaran dan kegiatan mereka.

 

Salah satu indikator kesuksesan pengelolaan pembelajaran merupakan

memastikan bahwa peserta didik aktif dan sibuk, bahkan ketika pendidik

sibuk atau terjebak dalam tugas-tugas lain atau kegiatan. Sebagai

contoh, dari waktu ke waktu, pendidik mungkin perlu berkonsultasi dengan

pendidik lain atau administrator tentang hal-hal kelas, atau mereka

mungkin harus membantu peserta didik secara individu dengan masalah atau

isu. Ketika ini terjadi, kelas yang tersisa untuk perangkat sendiri,

jika tidak dikelola dengan baik, ini dapat menyebabkan masalah bagi

pendidik atau peserta didik lain. Menyediakan kelas dengan kursus atau

tugas selama periode ini merupakan indikator keberhasilan manajemen

kelas. Kelas yang disimpan diduduki bahkan ketika perhatian penuh guru

tidak tersedia merupakan indikator bahwa guru kelas telah berhasil

dengan sukses.

 

Indikator lain pengelolaan pembelajaran merupakan kemampuan menyiapankan

rencana pembelajaran cadangan. Pada saat rencana pelajaran yang telah

disiapkan tidak berhasil. Ketika ini terjadi, kemampuan pendidik untuk

memberikan peserta didik dengan rencana pelajaran cadangan dan kegiatan

merupakan indikator kualitas pengelolaan pembelajaran, karena memperkuat

gagasan peserta didik bahwa kelas merupakan lingkungan belajar. Jika

peserta didik dibiarkan tanpa fokus yang jelas dengan tugas dan

instruksi yang telah disiapkan, mereka tidak tertarik dan kemungkinan

akan meninggalkan kegiatan pembelajaran.

 

Model Pengelelolaan Pembelajaran Klasikal

 

Pengajaran klasikal merupakan model pengelolaan pembelajaran yang biasa

kita lihat sehari-hari. Istilah klasikal bisa diartikan sebagai secara

klasik yang menyatakan bahwa kondisi yang sudah lama terjadi, bisa juga

diartikan sebagai bersifat kelas. Jadi pembelajaran klasikal berarti

pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan di kelas selama ini,

yaitu pembelajaran yang memandang peserta didik berkemampuan tidak

berbeda atau sama sehingga mereka mendapat pelajaran secara bersama,

dengan cara yang sama dalam satu kelas sekaligus. Pembelajaran klasikal

tidak berarti jelek, tergantung proses kegiatan yang dilaksanakan, yaitu

apakah semua peserta didik berartisipasi secara aktif terlibat dalam

pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau hanya mendengar dan

mencatat, apakah pembelajara efektif mencapai tujuan pembelajaran,

apakah pembelajaran menyenangkan bagi pendidik dan peserta didik.

 

Pada model pengelolaan pembelajaran ini pendidik mengajar sejumlah

peserta didik, biasanya antara 30-40 peserta didik di dalam sebuah

ruangan kelas. Dalam kondisi seperti ini, kondisi belajar peserta didik

secara individual baik menyangkut kecepan belajar, kesulitan belajar dan

minat belajar kurang diperhatikan oleh pendidik. Pada umumnya cara

pendidik dalam menentukan kecepatan menyajikan materi pembelajaran dan

tingkat kesukaran materi pembelajaran bergantun pada informasi kemampuan

peserta didik secara umum. Pendidik tapak sangat mendominasi dalam

menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang akan

diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan pendidik mengajar dan

lain-lain sepenuhnya ada ditangan pendidik.

 

Model pembelajaran klasikal konvensional biasanya menuntut disiplin yang

tinggi dari para peserta didik, dan pendidik memiliki otoritas penuh di

ruang kelas. Pembelajaran klasikal cenderung digunakan oleh pendidik

apabila dalam proses pembelajarannya lebih banyak bentuk penyajian

materi dari pendidik. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan

sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami peserta didik. Metode

yang digunakan cenderung metode ceramah dan tanya jawab bervariasi.

 

Pembelajaran klasikal akan memberi kemudahan bagi pendidik dalam

mengorganisasi materi pelajaran, karena dalam pelajaran klasikal secara

umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh peserta didik.

Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi pelajaran lebih

bersifat informatif atau fakta. Proses pembelajaran klasikal dapat

membentuk kemampuan peserta didik dalam menyimak atau mendengarkan,

membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan kemampuan dalam bertanya.

 

Penyelenggaraan pendidikan sekolah di negara ini lebih cenderung

bersifat klasikal, bentuk pengajaran klasikal berhasil menempatkan

pendidik sebagai faktor dominan dan menjadi sangat penting/kunci bagi

peserta didik karena pendidik sering menjadi tokoh identifikasi diri.

Oleh karena itu, sangat bijaksana jika seorang pendidik memiliki

perilaku ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri

handayani serta memiliki talenta yang memadai untuk mengembangkan

potensi peserta didiknya secara utuh. Pendidik dituntut untuk dapat

bekerja secara teratur, konsisten, dan kreatif dalam menghadapi masalah

yang terkait dengan tugasnya terutama kemampuan melaksanakan program

belajar mengajar yaitu kemampuan menciptakan interaksi belajar mengajar

sesuai dengan situasi dan kondisi serta program yang telah ditentukan.

Seorang pendidikan dalam

 

Pembelajaran klasikal mempunyai kelemahan, diantaranya merupakan

pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman peserta didik, peserta didik

menjadi penerima secara pasif, serta pembelajaran bersifat abstrak dan

teoritis. Pembelajaran klasikal dapat diminimalisir jika didukung dengan

buku teks pelajaran yang relevan dan kontekstual serta penggunaan

sumber-sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta

mudah diakses oleh peserta didik.

 

Model Pengelolaan Pembelajaran Individual

Pembelajaran secara individual merupakan kegiatan pembelajaran yang

mengakomodasi perbedaan-perbedaan individu dalam pengorganisasian

pembelajaran yang menitik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada

individual kelas secara khusus.

 

Secara umum perbedaan pembelajaran individual dan klasikal yaitu :

1)   Perhatian dan motivasi, perhatian mempunyai peranan di dalam

kegiatan belajar.

2)   Keaktifan menurut psikologi anak merupakan makhluk yang aktif

3)   Keterlibatan langsung/ pengalaman belajar haruslah dilakukan

sendiri oleh peserta didik, belajar merupakan mengalami sendiri dan tidak

bisa dilimpahkan pada orang lain.

4)   Perbedaan individual peserta didik merupakan makhluk individual

yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas.

 

Pengertian pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan

(Individual Instruction) merupakan suatu siasat (strategi) untuk

mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap

peserta didik memperoleh perhatian lebih banyak daripada yang dapat

diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam

kelompok peserta didik yang besar.

 

Pembelajaran individual merupakan suatu cara pengaturan program belajar

dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang

disediakan bagi tiap peserta didik agar dapat memacu kecepatan

belajarnya dibawah bimbingan guru.

 

Pembelajaran secara individual merupakan kegiatan mengajar pembelajar yang

memetik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing

individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan

pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran

individual, pembelajar memberi bantuan pada masing-masing pribadi.

Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari

segi: tujuan pembelajaran, peserta didik sebagai subjek yang belajar,

pendidik sebagai fasilisator, program pembelajaran, orientasi dan

tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.

 

Tujuan Pembelajaran Individual yang menonjol merupakan pemberian kesempatan

dan keleluasaan peserta didik untuk belajar berdasarkan kemampuan

sendiri. Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal, setiap

individu memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan

tujuan belajarnya secara individual juga. Posisi Peserta didik dalam

pembelajaran Individual: Posisi peserta didik bersifat sentral

Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri Kebebasan menggunakan

waktu belajar. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan dsb.

 

Model Pengelolaan Pembelajaran Tematik

Pengelolaan pembelajaran tematik menitikberatkan tema sebagai dasar

perancangan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan tema tertentu peserta

didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran klasikal atau individual.

Pembelajaran tematik pada umumnya sering dipergunakan dalam pembelajaran

peserta didik yang berada pada kelas awal sekolah dasar berada pada

rentangan usia dini. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas

satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut

seluruh aspek perkembangan kecerdasan tumbuh dan berkembang sangat luar

biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu

keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara

sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek

konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung. Kondisi-kondisi

tersebut ini menjadi landasan bagi pengembangan pola dan strategi

pembelajaran yang tepat, tidak saja agar tujuan-tujuan pembelajaran

dapat tercapai, melainkan juga agar tujuan program pendidikan dapat

terpenuhi, yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran tematik yang melibatkan berbagai

mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta

didik, merupakan model pembelajaan inovatif yang dapat menjadi solusi

bagi pembelajaran terpisah yang selama ini digunakan di kelas-kelas awal

sekolah dasar.

 

Salah satu dimensi penting dari pembelajaran tematik tersebut merupakan

strategi pembelajarannya. Penetapan strategi pembelajaran yang tepat dan

optimal akan mendorong prakarsa dan memudahkan belajar peserta didik.

Titik awal upaya ini diletakkan pada perbaikan proses. Oleh karena itu,

penyelidikan yang cermat tentang strategi pembelajaran tematik menjadi

penting dan mendesak di tengah kebingungan banyak sekolah menemukan

sosok utuh strategi pembelajaran tematik, teristimewa melalui kajian

empirik.

 

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran terutama di SD kelas I – III

untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2

jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam

pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata

pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata

pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih

melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik),

pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan

menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan

membuat kesulitan bagi peserta didik

 

Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karakteristik

cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna, maka kegiatan

pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan

pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik merupakan pembelajaran tepadu

yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik.

 

Ciri pembelajaran tematik antara lain :

  1. a)         Berpusat pada anak
  2. b)         Memberikan pengalaman langsung pada anak
  3. c)         Pemisahan antara bidang studi/mata pelajaran dalam tidak

begitu jelas

  1. d)         Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi/mata pelajaran

dalam suatu proses pembelajaran

  1. e)         Bersifat luwes
  2. f)         Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak

  1. g)         Dengan menggunakan pembelajaran tematik diharapkan akan

memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

  1. h)         Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema

tertentu;

  1. i)           Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan

mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema

yang sama;

  1. j)           Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan;

  1. k)         Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;

  1. l)           Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna

belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

  1. m)       Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat

berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan

dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

  1. n)         Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran

yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan

dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

 

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal

yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan

kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

 

Pemetaan Kompetensi Dasar. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk

memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi,

kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang

dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan dalam

pemetaan kompetensi antara lain melakukan kegiatan penjabaran standar

kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam

indikator yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran, terukur dan/atau dapat diamati

 

Dalam menetukan tema yang akan dipergunakan pada pembelajaran tematik

dapat dilakukan dengan pertama pertama, mempelajari standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,

dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Atau kedua, menetapkan

terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema

tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai

dengan minat dan kebutuhan anak.

 

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan memperhatikan lingkungan yang

terdekat dengan peserta didik, tingkat kesulitan materi pelajaran dan

sebaiknya diurutkan dari yang termudah menuju yang sulit, dari yang

sederhana menuju yang kompleks, dari yang konkret menuju ke yang

abstrak.Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir

pada diri peserta didik dan ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia

dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya

Penetapan jaringan tema. Setelah tema ditemukan maka dilanjutkan dengan

pembuatan jaringan tema. Jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi

dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut

akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari

setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai

dengan alokasi waktu setiap tema

 

Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni: menyenangkan karena

berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik; mMemberikan pengalaman

dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan

dan kebutuhan peserta didik; hasil belajar dapat bertahan lama karena

lebih berkesan dan bermakna; mengembangkan keterampilan berpikir peserta

didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi; menumbuhkan keterampilan

sosial melalui kerja sama; mMemiliki sikap toleransi, komunikasi dan

tanggap terhadap gagasan orang lain; mMenyajikan kegiatan yang bersifat

nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta

didik. Selain itu pembelajaran tematik juga memiliki beberapa kelemahan.

Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh

guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara

mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa

sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran.

Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang

inovatif maka pencapaian standar Kompetensi dan kompetensi dasar tidak

akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

 

*Pemilihan Model Pengelolaan Pembelajaran *

Setiap model pengeloaan pembelajaran memiliki persyaratan-persyaratan

tenrtentu untuk dapat diimplementasikan secara sukses untuk membantu

peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai

kompetensi yang diajarkan. Usia peserta didik menjadi salah satu dasar

pertimbangan dalam pemilihan model pengelolaan pembelajaran. Peserta

didik yang berusia belia terutama yang berada pada sekolah dasar kelas

satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut

seluruh aspek perkembangan kecerdasan tumbuh dan berkembang sangat luar

biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu

sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara

konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada

objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

 

Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan

beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).

Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata

yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman

terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret., integratif

dan hirarkis. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari

hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba,

dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan

sebagai sumber belajar. Integratif, pada tahap usia sekolah dasar anak

memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum

mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini

melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke

bagian demi bagian. Hirarkis, pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak

belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke

hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu

diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan

cakupan keluasan serta kedalaman materi