MODEL PEMBELAJARAN DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Anda tertarik dengan topik ini : model pembelajaran kurikulum 2013, model pembelajaran pdf, model-model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran terbaru, makalah model-model pembelajaran, macam-macam model pembelajaran, model pembelajaran matematika, contoh metode pembelajaran?
Cobalah membaca artikel panjang berikut:
MODEL PEMBELAJARAN DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
- MODEL PEMBELAJARAN
Pengertiian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar.
Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan
pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang
tepat bagi siswanya. Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk
(2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk
(2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga
meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya
yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62)
pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain
intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan 10 sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan menurut Joyce & Weil
(1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktifitas belajar mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan
melaksanakan proses belajar mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran merupakan sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan
dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik.
Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai
tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru.
Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai
perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan
pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu,
guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan
mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam
dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode,
atau prosedur.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran
merupakan:
- Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk
akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan
mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara
fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
- Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan
yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan
bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah
pembelajaran.
- Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku
mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar
selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
- Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif
serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek
penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.
Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan
dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran
yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial
kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan
informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping
itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai
meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman
bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).
Beberapa Model Pembelajaran
Berikut ini contoh model Pembelajaran
- Examples Non Examples
- a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
- b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
- c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik
untuk memperhatikan/menganalisa gambar
- d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi
dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
- e) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
- f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
- g) Kesimpulan
- Picture And Picture
- a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Menyajikan materi sebagai pengantar
- c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi
- d) Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian
memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
- e) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
- f) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
- g) Kesimpulan/rangkuman
- Numbered Heads Together
- a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam
setiap kelompok mendapat nomor
- b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
- c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
- d) Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
- e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain
- f) Kesimpulan
- Cooperative Script
- a) Guru membagi peserta didik untuk berpasangan
- b) Guru membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca
dan membuat ringkasan
- c) Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
- d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :
- e) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
- f) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
- g) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
- h) Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan Guru
- i) Penutup
- Kepala Bernomor Struktur
- a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam
setiap kelompok mendapat nomor
- b) Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan
nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : peserta didik nomor satu
bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan soal dan
peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
- c) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.
Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama
beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang sama bisa saling membantu
atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
- d) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
- e) Kesimpulan
- Student Teams-Achievement Divisions
- a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
- b) Guru menyajikan pelajaran
- c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
- d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada
saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
- e) Memberi evaluasi
- f) Kesimpulan
- Jigsaw
- a) Peserta didik dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
- b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
- c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
- d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
- e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub
bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh- sungguh
- f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
- g) Guru memberi evaluasi
- h) Penutup
- Problem Based Introduction
- a) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan
sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan
topik, tugas, jadwal, dll.)
- c) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
- d) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya
- e) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
- Artikulasi
- a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
- c) Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok
berpasangan dua orang
- d) Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya
mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya
- e) Menugaskan peserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan
hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta
didik sudah menyampaikan hasil wawancaranya
- f) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya
belum dipahami peserta didik
- g) Kesimpulan/penutup
- Mind Mapping
- a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi
olehcpeserta didik dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif
jawaban 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
- c) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban
hasilcdiskusi
- d) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan guru
- e) Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat
kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru
- Make – A Match
- a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu
soal dan bagian lainnya kartu jawaban
- b) Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu
- c) Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang
dipegang
- d) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu
yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
- e) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin
- f) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta
didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
- g) Demikian seterusnya
- h) Kesimpulan/penutup
- Thik Pair And Share
- a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Peserta didik diminta untuk berfikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru
- c) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
- d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya
- e) Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para
peserta didik
- f) Guru memberi kesimpulan
- g) Penutup
- Debate
- a) Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya kontra
- b) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan
didebatkan oleh kedua kelompok diatas
- c) Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu
anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh
kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik
bisa mengemukakan pendapatnya.
- d) Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis
inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide
diharapkan.
- e) Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
- f) Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak
peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang
ingin dicapai.
- Role Playing
- a) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
- b) Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario
dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
- c) Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang
- d) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
- e) Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
- f) Masing-masing peserta didik berada di kelompoknya sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan
- g) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik
diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
- h) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
- i) Guru memberikan kesimpulan secara umum
- j) Evaluasi
- k) Penutup
- Group Investigation
- a) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
- b) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
- c) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
- d) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif yang bersifat penemuan
- e) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan
hasil pembahasan kelompok
- f) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
- g) Evaluasi
- h) Penutup
- Talking Stick
- a) Guru menyiapkan sebuah tongkat
- b) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari
materi.
- c) Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan
mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya.
- d) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian
besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan
dari guru
- e) Guru memberikan kesimpulan
- f) Evaluasi
- g) Penutup
- Bertukar Pasangan
- a) Setiap peserta didik mendapat satu pasangan (guru bisa
menunjuk pasangannya atau peserta didik memilih sendiri pasangannya).
- b) Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas
dengan pasangannya.
- c) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu
pasangan yang lain.
- d) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan
yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
- e) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
- Snowball Throwing
- a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
- b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
- c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya
- d) Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar
kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
- e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang
lain selama ± 15 menit
- f) Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan
diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
- g) Evaluasi
- h) Penutup
- Student Facilitator And Explaining:
- a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
- c) Memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada
peserta didik lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
- d) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari peserta didik.
- e) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
- f) Penutup
- Course Review Horay
- a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
- c) Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab
- d) Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak
9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan
selera masing-masing peserta didik
- e) Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis
jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung
didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salan diisi tanda
silang (x)
- f) Peserta didik yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau
horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
- g) Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay
yang diperoleh
- h) Penutup
- Demontsration
- a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
- c) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
- d) Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan.
- e) Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
- f) Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisanya dan juga
pengalaman peserta didik didemontrasikan.
- g) Gurumembuatkesimpulan.
- Explicit Instruction
- a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
- b) Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
- c) Membimbing pelatihan
- d) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
- e) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
- Cooperative Integrated Reading And Composition Kooperatif Terpadu
- a) Membaca Dan Menulis
- b) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
- c) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
- d) Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan
ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada
lembar kertas
- e) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
- f) Guru membuat kesimpulan bersama
- g) Penutup
- Inside-Outside-Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar)
- a) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
- b) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran
pertama, menghadap ke dalam
- c) Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar
berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan
- d) Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu
atau dua langkah searah jarum jam.
- e) Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran besar yang
membagi informasi. Demikian seterusnya
- Tebak Kata
- a) Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata
lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
- b) Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang
mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi
ataudiselipkan ditelinga
- c) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
- d) Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan didepan kelas
- e) Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang
nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya
diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca
(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
- f) Sementara peserta didik membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-
kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang
dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi
kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
- g) Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka
pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah
ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung
memberi jawabannya.
- h) Dan seterusnya
- Word Square
- a) Buat kotak sesuai keperluan * Buat soal sesuai TPK
- b) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
- c) Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
- d) Peserta didik menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak
sesuai jawaban
- e) Berikan poin setiapjawaban dalam kotak
- Scramble
- a) Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
- b) Buat jawaban yang diacak hurufnya
- c) Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
- d) Membagikan lembar kerjasesuai contoh
- Take And Give
- a) Buat kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi
sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
- b) Siapkan kelas sebagaimana mestinya
- c) Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
- d) Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap peserta didik diberi
masing- masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
- e) Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk
saling menginformasi. Tiap peserta didik harus mencatat nama pasangannya
pada kartu contoh.
- f) Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi
dan menerima materi masing-masing (take and give).
- g) Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan peserta didik
pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
- h) Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
- i) Kesimpulan
- Concept Sentence
- a) Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai
- b) Guru menyajikan materi secukupnya
- c) Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara
heterogen
- d) Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
- e) Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan
menggunakan minimal 4 kata kuncisetiap kalimat
- Complete Sentence
- a) Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap
- b) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- c) Guru menyampaikan materi secukupnya atau peserta didik
disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya
- d) Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
- e) Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya
belum lengkap (lihat contoh).
- f) Peserta didik berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan
kunci jawaban yang tersedia.
- g) Peserta didik berdiskusi secara berkelompok
- h) Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki.
Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hapal
- i) Kesimpulan
- Time Token Arends 1998
- a) Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning / CL)
- b) Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30
detik. Tiap peserta didik diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
- c) Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang peserta didik
diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.
- d) Peserta didik yangtelah habis kuponnya tak boleh
- Pair Check
- a) Bekerja berpasangan, Guru membentuk tim berpasangan berjumlah
2 (dua) peserta didik. Setiap pasangan Mengerjakan soal yang pas sebab
semua itu akan membantu melatih
- b) Pelatih mengecek. Apabila patner benar pelatih memberi kupon
- c) Bertukar peran. Seluruhpatner bertukar peran dan mengurangi
langkah 1 – 3
- d) Pasangan mengecek, Seluruh pasangan tim kembali bersama dan
membandingkanjawaban
- e) Penegasan guru. Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep
- Keliling Kelompok
- a) Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai
dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan
- b) Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
- c) Demikian seterusnya giliran bicara bisa
- Tari Bambu
- a) Separuh kelas atau seperempat jika jumlah peserta didik terlalu
banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di
depan kelas. Kemungkinan lain merupakan peserta didik berjajar di sela-sela
deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok
karena diperlukan waktu relatif singkat.
- b) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
- c) Dua peserta didik yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi
sinformasi.
- d) Kemudian satu atau dua peserta didik yang berdiri di ujung salah
satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian
bergeser. Dengan cara ini masing-masing peserta didik mendapat pasangan
yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan
kebutuhan
- Dua tinggal dua tamu (two stay two stray)
- a) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4
(empat) orang
- b) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu
kedua kelompok yang lain
- c) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
- d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
- e) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
- MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Pengertian Pengelolaan Pembelajaran
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar
mengajar yang diselenggarakan efektif dan berguna untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, dan guru
merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya
proses pembelajaran. Oleh karena itu pendidik dan khususnya Kepala
Sekolah dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, dalam
mengorgainasi atau mengelola pembelajaran dengan menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan agar hasil belajar
peserta didik berada pada tingkat yang optimal.
Dalam kegiatan pembelajaran, seoran pendidik dapat memainkan berbagai
peran pengelola pembelajaran sebagai demonstrator, pengelola kelas,
mediator dan fasilitator/mentor dan sebagai evaluator. Sebagai tenaga
profesional, seorang pendidik dituntut mampu mengelola kelas yaitu
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran.
Pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk
mempertahankan ketertiban kelas, tetapi ngengertian pengelolaan
pembelajaran ini telah mengalamai perkembangan dan diartikan proses
seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat terhadap problem dan
situasi pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan (Arikunto,
1986: 143).
Fungsi pengelolaan pembelajaran sangat mendasar sekali karena kegiatan
pendidik dalam mengelola pembelajaran meliputi kegiatan mengelola
tingkah laku peserta didik dalam kelas, menciptakan iklim sosio
emosional dan mengelola proses kegiatan kelompok, sehingga keberhasilan
pendidik dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar
mengajar berlangsung secara efektif.
Menurut berbagai sumber belajar tujuan pengelolaan pembelajaran merupakan
sebagai berikut:
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
5) Menciptakan suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana
disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi
pada peserta didik.
6) Memfasilitasi setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien
Prinsip-Prinsip Pengelolaan pembelajaran
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan pembelajaran dibagi
menjadi dua golongan yaitu, faktor internal dan faktor eksternal peserta
didik. Faktor internal peserta didik berhubungan dengan masalah emosi,
pikiran, dan perilaku. Kepribadian peserta didik denga ciri-ciri khasnya
masing-masing menyebabkan peserta didik berbeda dari peserta didik
lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari
segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor eksternal peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan
belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah
peserta didik, dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik di kelas
akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta didik di
kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah
terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah peserta didik di
kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan pembelajaran
dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Pendidik
yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada
tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan pembelajaran.
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang
santun, arif, ramah dan menantang akan meningkatkan gairah peserta didik
untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku
yang menyimpang.
Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar pendidik, pola
interaksi antara pendidik dan anak didik akan mengurangi munculnya
gangguan, meningkatkan perhatian peserta didik. Kevariasian ini
merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan pembelajaran yang efektif
dan menghindari kejenuhan.
Keluwesan. Keluwesan tingkah laku pendidik untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik
serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan
pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan peserta
didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
Penekanan pada hal-hal yang Positif. Pada dasarnya dalam mengajar dan
mendidik, pendidik harus menekankan pada hal-hal yang positif dan
menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan
pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan pendidik
terhadap tingkah laku peserta didik yang positif daripada mengomeli
tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian penguatan yang positif dan kesadaran pendidik untuk
menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
Penanaman Disiplin Diri. Tujuan akhir dari pengelolaan pembelajaran
merupakan anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan pendidik
sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan
tanggung jawab. Jadi, pendidik harus disiplin dalam segala hal bila
ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
<http://2.bp.blogspot.com/-WfGpYxArRnc/VOYIzsKBsOI/AAAAAAAABUI/44plXHllEXs/s1600/Model%2Bpengelolaan%2Bpembelajaran.png>
- MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Terdapat berbagai model pengelolaan pembelajaran atau pengelolaan kelas.
Model- pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan dilandasi dengan
argumentasi teoritis tertentu. Antara satu model dan model lainnya
terdapat beberapa perbedaan pendekatan, strategi, metode, taktik dan
sebagai, tetapi yang perlu diingat bahwa semua model pengelolaan
pembelajaran bertujuan sama yaitu menjadikan proses pembelajaran
berjalan secara efektif dan memdorong terjadinya proses belajar.
Beberapa model pengelolaan pembelajaran yang sering kita dengar seperti
pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, pembelajaran tematik,
pembelajaran terpadu, pembelajaran kontektual, pembelajaran bermakna dsb.
Fokus perhatian yang dijadikan landasan penyusunan dan pemilihan
model-model pembelajar sangat beraga, sebagai misal atas dasar kelompok
peserta didik sehingga dikenal pembelajaran klasikal dan pembelajaran
individual. Model pengelolaan pembelajaran lebih didasarkan pada tema
pembelajaran sehingga dalam tema tersebut peserta didik dapat kesempatan
belajar berbagai materi ajar yang terkait sehingga kita mengenal model
pmbelajaran tematik. Model pembelajaran yang menekankan pada pengaturan
waktu sehingga dikenal pembelajaran sistem blok. Terdapat juga model
pembelajaran yang lebih didasarkan pada bagaimana aktivitas peserta
didik belajar sehingga muncul model pembelajaran model PAKEM dengan
segala variasinya.
Beragam model pembelajaran yang telah dikembangkan selama ini
masing-masing memiliki persyaratan-persyaratan tertentu agar supaya
proses pembelajaran yang terjadi efektif, dan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran
yang dipergunakan bergantung pertimbangan dan keputusan para pendidik.
Pendidik sebagai pengelola pembelajaran merupakan orang yang mempunyai
peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan
kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek peserta didik, orang
menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan
dengan berbagai kegiatan di kelas, dan pendidik pula yang akan
menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang
muncul; maka dengan tiga pendekatan-pendekatan yang dikemukakan, akan
sangat membantu pendidik dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
Pendidik dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu
merencanakan dan menentukan pengelolaan pembelajaran yang bagaimana yang
perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar peserta
didik serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut,
sarana prasarana yang tersedia, serta sosial budaya peserta didik.
Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan
muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
Pengelolaan pembelajaran akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila
pendidik memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan pendidik mengetahui
bahwa gaya kepemimpinan situasional akan sangat bermanfaat bagi pendidik
dalam melakukan tugas mengajarnya. Dengan demikian pengelolaan
pembelajaran tidak dapat terlepas dari motivasi kerja pendidik, karena
dengan motivasi kerja pendidik ini akan terlihat sejauhmana motif dan
motivasi pendidik untuk melakukan pengelolaan pembelajaran, sedangkan
dengan gaya kepemimpinan pendidik yang tepat yang digunakan dalam
pengelolaan pembelajaran akan mengoptimalkan dan memaksimalkan
keberhasilan pengelolaan pembelajaran tersebut.
Pengelolaan pembelajaran merupakan proses mengelola dan mengendalikan
lingkungan kelas. Untuk memastikan bahwa antara pendidik dan peserta
didik dapat saling berhubungan secara efektif dan produktif, tanpa
gangguan atau perilaku mengganggu, mereka menggunakan teknik tertentu.
Indikator manajemen pembelajaran digunakan untuk mengukur keberhasilan
guru dalam mengelola pembelajaran dan kegiatan mereka.
Salah satu indikator kesuksesan pengelolaan pembelajaran merupakan
memastikan bahwa peserta didik aktif dan sibuk, bahkan ketika pendidik
sibuk atau terjebak dalam tugas-tugas lain atau kegiatan. Sebagai
contoh, dari waktu ke waktu, pendidik mungkin perlu berkonsultasi dengan
pendidik lain atau administrator tentang hal-hal kelas, atau mereka
mungkin harus membantu peserta didik secara individu dengan masalah atau
isu. Ketika ini terjadi, kelas yang tersisa untuk perangkat sendiri,
jika tidak dikelola dengan baik, ini dapat menyebabkan masalah bagi
pendidik atau peserta didik lain. Menyediakan kelas dengan kursus atau
tugas selama periode ini merupakan indikator keberhasilan manajemen
kelas. Kelas yang disimpan diduduki bahkan ketika perhatian penuh guru
tidak tersedia merupakan indikator bahwa guru kelas telah berhasil
dengan sukses.
Indikator lain pengelolaan pembelajaran merupakan kemampuan menyiapankan
rencana pembelajaran cadangan. Pada saat rencana pelajaran yang telah
disiapkan tidak berhasil. Ketika ini terjadi, kemampuan pendidik untuk
memberikan peserta didik dengan rencana pelajaran cadangan dan kegiatan
merupakan indikator kualitas pengelolaan pembelajaran, karena memperkuat
gagasan peserta didik bahwa kelas merupakan lingkungan belajar. Jika
peserta didik dibiarkan tanpa fokus yang jelas dengan tugas dan
instruksi yang telah disiapkan, mereka tidak tertarik dan kemungkinan
akan meninggalkan kegiatan pembelajaran.
Model Pengelelolaan Pembelajaran Klasikal
Pengajaran klasikal merupakan model pengelolaan pembelajaran yang biasa
kita lihat sehari-hari. Istilah klasikal bisa diartikan sebagai secara
klasik yang menyatakan bahwa kondisi yang sudah lama terjadi, bisa juga
diartikan sebagai bersifat kelas. Jadi pembelajaran klasikal berarti
pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan di kelas selama ini,
yaitu pembelajaran yang memandang peserta didik berkemampuan tidak
berbeda atau sama sehingga mereka mendapat pelajaran secara bersama,
dengan cara yang sama dalam satu kelas sekaligus. Pembelajaran klasikal
tidak berarti jelek, tergantung proses kegiatan yang dilaksanakan, yaitu
apakah semua peserta didik berartisipasi secara aktif terlibat dalam
pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau hanya mendengar dan
mencatat, apakah pembelajara efektif mencapai tujuan pembelajaran,
apakah pembelajaran menyenangkan bagi pendidik dan peserta didik.
Pada model pengelolaan pembelajaran ini pendidik mengajar sejumlah
peserta didik, biasanya antara 30-40 peserta didik di dalam sebuah
ruangan kelas. Dalam kondisi seperti ini, kondisi belajar peserta didik
secara individual baik menyangkut kecepan belajar, kesulitan belajar dan
minat belajar kurang diperhatikan oleh pendidik. Pada umumnya cara
pendidik dalam menentukan kecepatan menyajikan materi pembelajaran dan
tingkat kesukaran materi pembelajaran bergantun pada informasi kemampuan
peserta didik secara umum. Pendidik tapak sangat mendominasi dalam
menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang akan
diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan pendidik mengajar dan
lain-lain sepenuhnya ada ditangan pendidik.
Model pembelajaran klasikal konvensional biasanya menuntut disiplin yang
tinggi dari para peserta didik, dan pendidik memiliki otoritas penuh di
ruang kelas. Pembelajaran klasikal cenderung digunakan oleh pendidik
apabila dalam proses pembelajarannya lebih banyak bentuk penyajian
materi dari pendidik. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan
sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami peserta didik. Metode
yang digunakan cenderung metode ceramah dan tanya jawab bervariasi.
Pembelajaran klasikal akan memberi kemudahan bagi pendidik dalam
mengorganisasi materi pelajaran, karena dalam pelajaran klasikal secara
umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh peserta didik.
Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi pelajaran lebih
bersifat informatif atau fakta. Proses pembelajaran klasikal dapat
membentuk kemampuan peserta didik dalam menyimak atau mendengarkan,
membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan kemampuan dalam bertanya.
Penyelenggaraan pendidikan sekolah di negara ini lebih cenderung
bersifat klasikal, bentuk pengajaran klasikal berhasil menempatkan
pendidik sebagai faktor dominan dan menjadi sangat penting/kunci bagi
peserta didik karena pendidik sering menjadi tokoh identifikasi diri.
Oleh karena itu, sangat bijaksana jika seorang pendidik memiliki
perilaku ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri
handayani serta memiliki talenta yang memadai untuk mengembangkan
potensi peserta didiknya secara utuh. Pendidik dituntut untuk dapat
bekerja secara teratur, konsisten, dan kreatif dalam menghadapi masalah
yang terkait dengan tugasnya terutama kemampuan melaksanakan program
belajar mengajar yaitu kemampuan menciptakan interaksi belajar mengajar
sesuai dengan situasi dan kondisi serta program yang telah ditentukan.
Seorang pendidikan dalam
Pembelajaran klasikal mempunyai kelemahan, diantaranya merupakan
pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman peserta didik, peserta didik
menjadi penerima secara pasif, serta pembelajaran bersifat abstrak dan
teoritis. Pembelajaran klasikal dapat diminimalisir jika didukung dengan
buku teks pelajaran yang relevan dan kontekstual serta penggunaan
sumber-sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta
mudah diakses oleh peserta didik.
Model Pengelolaan Pembelajaran Individual
Pembelajaran secara individual merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengakomodasi perbedaan-perbedaan individu dalam pengorganisasian
pembelajaran yang menitik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada
individual kelas secara khusus.
Secara umum perbedaan pembelajaran individual dan klasikal yaitu :
1) Perhatian dan motivasi, perhatian mempunyai peranan di dalam
kegiatan belajar.
2) Keaktifan menurut psikologi anak merupakan makhluk yang aktif
3) Keterlibatan langsung/ pengalaman belajar haruslah dilakukan
sendiri oleh peserta didik, belajar merupakan mengalami sendiri dan tidak
bisa dilimpahkan pada orang lain.
4) Perbedaan individual peserta didik merupakan makhluk individual
yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas.
Pengertian pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan
(Individual Instruction) merupakan suatu siasat (strategi) untuk
mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap
peserta didik memperoleh perhatian lebih banyak daripada yang dapat
diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam
kelompok peserta didik yang besar.
Pembelajaran individual merupakan suatu cara pengaturan program belajar
dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang
disediakan bagi tiap peserta didik agar dapat memacu kecepatan
belajarnya dibawah bimbingan guru.
Pembelajaran secara individual merupakan kegiatan mengajar pembelajar yang
memetik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing
individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan
pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran
individual, pembelajar memberi bantuan pada masing-masing pribadi.
Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari
segi: tujuan pembelajaran, peserta didik sebagai subjek yang belajar,
pendidik sebagai fasilisator, program pembelajaran, orientasi dan
tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran Individual yang menonjol merupakan pemberian kesempatan
dan keleluasaan peserta didik untuk belajar berdasarkan kemampuan
sendiri. Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal, setiap
individu memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan
tujuan belajarnya secara individual juga. Posisi Peserta didik dalam
pembelajaran Individual: Posisi peserta didik bersifat sentral
Keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri Kebebasan menggunakan
waktu belajar. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan dsb.
Model Pengelolaan Pembelajaran Tematik
Pengelolaan pembelajaran tematik menitikberatkan tema sebagai dasar
perancangan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan tema tertentu peserta
didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran klasikal atau individual.
Pembelajaran tematik pada umumnya sering dipergunakan dalam pembelajaran
peserta didik yang berada pada kelas awal sekolah dasar berada pada
rentangan usia dini. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas
satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut
seluruh aspek perkembangan kecerdasan tumbuh dan berkembang sangat luar
biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara
sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek
konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung. Kondisi-kondisi
tersebut ini menjadi landasan bagi pengembangan pola dan strategi
pembelajaran yang tepat, tidak saja agar tujuan-tujuan pembelajaran
dapat tercapai, melainkan juga agar tujuan program pendidikan dapat
terpenuhi, yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran tematik yang melibatkan berbagai
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta
didik, merupakan model pembelajaan inovatif yang dapat menjadi solusi
bagi pembelajaran terpisah yang selama ini digunakan di kelas-kelas awal
sekolah dasar.
Salah satu dimensi penting dari pembelajaran tematik tersebut merupakan
strategi pembelajarannya. Penetapan strategi pembelajaran yang tepat dan
optimal akan mendorong prakarsa dan memudahkan belajar peserta didik.
Titik awal upaya ini diletakkan pada perbaikan proses. Oleh karena itu,
penyelidikan yang cermat tentang strategi pembelajaran tematik menjadi
penting dan mendesak di tengah kebingungan banyak sekolah menemukan
sosok utuh strategi pembelajaran tematik, teristimewa melalui kajian
empirik.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran terutama di SD kelas I – III
untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2
jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam
pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata
pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata
pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik),
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan
menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan
membuat kesulitan bagi peserta didik
Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karakteristik
cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna, maka kegiatan
pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan
pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik merupakan pembelajaran tepadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik.
Ciri pembelajaran tematik antara lain :
- a) Berpusat pada anak
- b) Memberikan pengalaman langsung pada anak
- c) Pemisahan antara bidang studi/mata pelajaran dalam tidak
begitu jelas
- d) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi/mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran
- e) Bersifat luwes
- f) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak
- g) Dengan menggunakan pembelajaran tematik diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
- h) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema
tertentu;
- i) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema
yang sama;
- j) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan;
- k) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;
- l) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
- m) Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan
dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
- n) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran
yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal
yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pemetaan Kompetensi Dasar. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang
dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan dalam
pemetaan kompetensi antara lain melakukan kegiatan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam
indikator yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, terukur dan/atau dapat diamati
Dalam menetukan tema yang akan dipergunakan pada pembelajaran tematik
dapat dilakukan dengan pertama pertama, mempelajari standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Atau kedua, menetapkan
terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema
tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan memperhatikan lingkungan yang
terdekat dengan peserta didik, tingkat kesulitan materi pelajaran dan
sebaiknya diurutkan dari yang termudah menuju yang sulit, dari yang
sederhana menuju yang kompleks, dari yang konkret menuju ke yang
abstrak.Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir
pada diri peserta didik dan ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia
dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
Penetapan jaringan tema. Setelah tema ditemukan maka dilanjutkan dengan
pembuatan jaringan tema. Jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi
dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut
akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari
setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai
dengan alokasi waktu setiap tema
Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni: menyenangkan karena
berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik; mMemberikan pengalaman
dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik; hasil belajar dapat bertahan lama karena
lebih berkesan dan bermakna; mengembangkan keterampilan berpikir peserta
didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi; menumbuhkan keterampilan
sosial melalui kerja sama; mMemiliki sikap toleransi, komunikasi dan
tanggap terhadap gagasan orang lain; mMenyajikan kegiatan yang bersifat
nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta
didik. Selain itu pembelajaran tematik juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh
guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara
mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa
sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran.
Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang
inovatif maka pencapaian standar Kompetensi dan kompetensi dasar tidak
akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
*Pemilihan Model Pengelolaan Pembelajaran *
Setiap model pengeloaan pembelajaran memiliki persyaratan-persyaratan
tenrtentu untuk dapat diimplementasikan secara sukses untuk membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai
kompetensi yang diajarkan. Usia peserta didik menjadi salah satu dasar
pertimbangan dalam pemilihan model pengelolaan pembelajaran. Peserta
didik yang berusia belia terutama yang berada pada sekolah dasar kelas
satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut
seluruh aspek perkembangan kecerdasan tumbuh dan berkembang sangat luar
biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara
konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada
objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan
beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).
Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata
yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman
terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret., integratif
dan hirarkis. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari
hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba,
dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar. Integratif, pada tahap usia sekolah dasar anak
memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum
mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke
bagian demi bagian. Hirarkis, pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak
belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke
hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan
cakupan keluasan serta kedalaman materi